Sabtu, 18 Maret 2017

Pusaka Keris Kiai Nogososro Dan Kiai Sabuk Inten

Keris Pusaka Nagasasra merupakan salah satu benda pusaka peninggalan Raja Majapahit. Nagasasra adalah nama salah satu bentuk keris luk 13 dan ada pula yang luk-nya berjumlah 9 dan 11, sehingga penyebutan nama keris ini harus disertai dengan menyatakan jumlah luk-nya. Luk sendiri merupakan sebutan identik yang berarti lekukan atau gelombang pada bilah keris. Dalam dunia keris, golongan atas atau orang – orang kaya dapat diibaratkan seperti sosok keris Sabuk Inten. Sabuk sendiri berarti ikat pinggang. Sedangkan Inten memilki makna intan atau permata. Dengan demikian, Sabuk Inten menggambarkan golongan para pemilik modal yang sering bergelimang harta benda. 





Menurut sejarah sandi kerajaan Majapahit, kala itu sang Adipati Blambangan bermaksud untuk mengadakan pemberontakan terhadap kerajaan Majapahit. Untuk menumpas pemberontak yang sewaktu-waktu akan menyerbu Kota Raja, Sang Prabu telah mempersiapkan sebuah kekuatan tandingan. Para Mpu pun turut dikerahkan untuk membuat berbagai senjata perang yang saat itu dipimpin oleh Mpu Domas. Sang Prabu meminta kepada Mpu Supa agar dibuatkan sebilah keris bertuah yang mampu meredam 1000 macam bencana yang mengancam wilayah Majapahit.
Sang Mpu pun memohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa, dan dia mendapatkan wahyu berupa sebuah gambaran sebilah keris dengan bentuk layaknya naga dan memiliki jumlah 1000 sisik. 


Maka diciptakanlah sebilah keris pusaka Nagasasra dengan jumlah 1000 sisik bermahkotakan emas dengan lekukkan 13 buah. Kepala naganya sendiri tidak bermahkota, lekukkan menganggah pada gandik, tubuhnya melenggok mengikuti jumlah dari belahan lekukkannya, ekor naga yang berada di ujungnya terdapat bentuk bupu yang terletak pada ujung keris. Keris Nagasasra yang mempunyai jumlah 1000 sisik emas dan bersabuk intan berlian ini mempunyai manfaat untuk mencairkan seribu bencana dari berbagai wilayah kerajaan. Sang Prabu yang sangat berpuas hati dan akhirnya saat itu juga keris menjadi salah satu keris piyandel Majapahit. Saat itu,pemberontakan dan serbuan dari tentara Blambangan tidak berlangsung lama dan dapat diredam yang akhirnya kerajaan Majapahit kembali damai. Dengan demikian, kita mendapatkan sebuah pelajaran. Bahwa dari sebilah keris bukan hanya tercipta dengan misi-misi tertentu dan bukan hanya sebagai sebuah benda pusaka yang mempunyai fungsi semata. 





Keris lain yang sama legendarisnya dari zaman peralihan Majapahit dan Demak Bintoro yaitu Kiai Sabuk Inten. Keris yang berjumlah luk 11 ini terkenal bersama dengan kedatangan Keris Kiai Nogososro. Dua keris ini di kenal sebagai warisan zaman Majapahit. Keduanya bahkan disebut-sebut dalam salah satu rangkaian Nogososro-Sabuk Inten. Tak mengherankan jika kedua keris ini diyakini sebagai sepasang lambang karahayon atau kemakmuran dari sebuah kerajaan. Nogososro yang mewakili wahyu keprabon yang hilang dari tahta Demak dan Sabuk Inten yang mewakili kemuliaan dan kejayaannya. Dua keris ini merupakan maha karya cipta dari Mpu Supo atau yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sedayu. 
Banyak versi yang telah mengungkapkan legenda Keris Nogososro dan Sabuk Inten. Namun di saat zaman modern seperti sekarang, keris berdapur Sabuk Inten lebih memikat minat seseorang untuk memilikinya,karena keris tersebut di percaya mampu melancarkan rejeki dan mendatangkan kemuliaan.

Setelah berabad abad lamanya waktu berputar, kejayaan keris berikut legendanya masih dipercaya kebenarannya. Kiai Nogososro sebagai simbol dari wahyu keprabon yang hilang dari Keraton Demak, dulu sering di cari oleh para calon pemimpin atau bahkan oleh presiden sendiri. Namun sebagai simbol dari wahyu kepemimpinan, Keris Mpu Gandring relatif lebih terkenal dibandingkan dengan keris Nogososro. 

Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori dalam berbusana, mewakili sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya. 


Tadi itu sedikit banyak tentang Keris Kiai Nogososro dan Kiai Sabuk Inten yang saya cari dari beberapa referensi..semoga bermanfaat kang.
Salam Budi Luhur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar